-->

Wednesday, September 6, 2017

Efek Bahaya Dari Kecerdasan Buatan

Meskipun Korea Utara yang dipimpin Kim Jong Un sedang gencar-gencarnya melakukan uji coba rudal nuklir, perlu kalian ingat bahwa efek bahaya nuklir yang ditakuti oleh kebanyakan orang itu bukanlah satu-satunya pemicu Perang Dunia ke-3.

Perang Dunia 3
Perang Dunia 3

Sebelumnya diberitakan bahwa serangan cyber juga bisa memicu Perang Dunia ke-3, kali ini Elon Musk, salah satu petinggi Tesla dan penggagas proyek SpaceX serta Hyperloop, kemarin mengatakan pada akun Twitter-nya bahwa Perang Dunia ke-3 di masa mendatang bakal dipicu oleh artificial intelligence (AI).

Apa itu artificial intelligence (AI)? Artificial intelligence adalah Kecerdasan Buatan atau kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dan robotika.

Banyak hal yang kelihatannya sulit untuk kecerdasan manusia, tetapi untuk Informatika relatif tidak bermasalah. Seperti contoh: mentransformasikan persamaan, menyelesaikan persamaan integral, membuat permainan catur atau Backgammon. Di sisi lain, hal yang bagi manusia kelihatannya menuntut sedikit kecerdasan, sampai sekarang masih sulit untuk direalisasikan dalam Informatika. Seperti contoh: Pengenalan Obyek/Muka, bermain sepak bola.

Baca juga berita menarik lainnya : Proyek Megah Yang Menelan Banyak Korban

Walaupun artificial intelligence memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, artificial intelligence membentuk cabang yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku, pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin. Penelitian dalam artificial intelligence menyangkut pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang membutuhkan perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah.

Hal-hal seperti itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi masalah kehidupan yang nyata. Sistem artificial intelligence sekarang ini sering digunakan dalam bidang ekonomi, obat-obatan, teknik dan militer, seperti yang telah dibangun dalam beberapa aplikasi perangkat lunak komputer rumah dan video game. 'Kecerdasan buatan' ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan, tetapi juga mengkonstruksinya.

Secara garis besar, artificial intelligence terbagi ke dalam dua paham pemikiran yaitu artificial intelligence Konvensional dan Kecerdasan Komputasional (CI atau Computational Intelligence). artificial intelligence konvensional kebanyakan melibatkan metode-metode yang sekarang diklasifiksikan sebagai pembelajaran mesin, yang ditandai dengan formalisme dan analisis statistik. Dikenal juga sebagai AI simbolis, AI logis, AI murni dan AI cara lama (GOFAI, Good Old Fashioned Artificial Intelligence). Metode-metodenya meliputi:
  • Sistem pakar : menerapkan kapabilitas pertimbangan untuk mencapai kesimpulan. Sebuah sistem pakar dapat memproses sejumlah besar informasi yang diketahui dan menyediakan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan pada informasi-informasi tersebut.
  • Petimbangan berdasar kasus
  • Jaringan Bayesian
  • Artificial Intelligence berdasar tingkah laku : metode modular pada pembentukan sistem AI secara manual

Metode Dalam Artificial Intelligence
Metode Dalam Artificial Intelligence

Kecerdasan komputasional melibatkan pengembangan atau pembelajaran iteratif (misalnya penalaan parameter seperti dalam sistem koneksionis. Pembelajaran ini berdasarkan pada data empiris dan diasosiasikan dengan AI non-simbolis, AI yang tak teratur dan perhitungan lunak. Metode-metode pokoknya meliputi:
  • Jaringan Syaraf : sistem dengan kemampuan pengenalan pola yang sangat kuat
  • Sistem Fuzzy : teknik-teknik untuk pertimbangan di bawah ketidakpastian, telah digunakan secara meluas dalam industri modern dan sistem kendali produk konsumen.
  • Komputasi Evolusioner : menerapkan konsep-konsep yang terinspirasi secara biologis seperti populasi, mutasi dan “survival of the fittest” untuk menghasilkan pemecahan masalah yang lebih baik.
Metode-metode ini terutama dibagi menjadi algoritma evolusioner (misalnya algoritma genetik) dan kecerdasan berkelompok (misalnya algoritma semut). Dengan sistem cerdas hibrid, percobaan-percobaan dibuat untuk menggabungkan kedua kelompok ini. Aturan inferensi pakar dapat dibangkitkan melalui jaringan syaraf atau aturan produksi dari pembelajaran statistik seperti dalam ACT-R. Sebuah pendekatan baru yang menjanjikan disebutkan bahwa penguatan kecerdasan mencoba untuk mencapai kecerdasan buatan dalam proses pengembangan evolusioner sebagai efek samping dari penguatan kecerdasan manusia melalui teknologi.

Hal itulah yang membuat artificial intelligence bisa memicu Perang Dunia Ke-3

Dilansir dari The Guardian, Elon Musk mengatakan perkembangan artificial intelligence mungkin saja berbahaya dan dapat memicu Perang Dunia ke-3. Hal inipun tampak pada tweet-nya pada akun Twitter @elonmusk tanggal 4 September lalu.



"China, Russia, soon all countries w strong computer science. Competition for AI superiority at national level most likely cause of WW3 imo." Kutipan Elon Musk di Twitter.

Dia mengatakan, negara-negara maju seperti Tiongkok, Rusia, Amerika Serikat bahkan India sekalipun tengah gencar dalam memajukan sains komputer. Persaingan dalam mengembangkan AI ditakutinya dapat mengundang hal yang nggak diinginkan.

Tentu Elon Musk nggak begitu saja mengeluarkan pendapat seperti itu. Sebelumnya Vladmir Putin, pemimpin Rusia mengeluarkan pendapat yang dilansir dari laman The Verge. Dia mengatakan bahwa negara yang memimpin perkembangan artificial intelligence akan menjadi pemimpin dunia berikutnya.

Terakhir Elon Musk pun nggak terlalu mengkhawatirkan Korea Utara yang memprovokasi dunia dengan uji coba rudal nuklir. Dia berpendapat Korea Utara belum punya kekuatan yang cukup bila dibanding Korea Selatan, Amerika Serikat dan Tiongkok. Bagaimana menurut kalian tentang artificial intelligence?

Terimakasih anda baru saja membaca artikel yang berjudul Kecerdasan Buatan Bisa Memicu Perang Dunia 3.